on Jumat, 09 September 2011

Bayangkan ada sebuah bank yang memberimu pinjaman uang sejumlah Rp. 86.400,- setiap paginya.

Semua uang itu harus kau gunakan.

Pada malam hari, bank akan menghapus sisa uang yang tidak kau gunakan selama sehari. Coba tebak, apa yang akan kau lakukan? Tentu saja, menghabiskan semua uang pinjaman itu.


Setiap dari kita memiliki bank semacam itu; bernama WAKTU.

Setiap pagi, ia akan memberimu 86.400 detik. Pada malam harinya ia akan menghapus sisa waktu yang tidak kau gunakan untuk tujuan baik, karena ia tidak memberikan sisa waktunya padamu. Ia juga tidak memberikan waktu tambahan.

Setiap hari ia akan membuka satu rekening baru untukmu. Setiap malam ia akan menghanguskan yang tersisa. Jika kau tidak menggunakannya maka kerugian akan menimpamu.

Kamu tidak bisa menariknya kembali. Juga, kamu tidak bisa meminta "uang muka" untuk keesokan hari. Kamu harus hidup di dalam simpanan hari ini.

Maka dari itu, investasikanlah untuk kesehatan, kebahagiaan, dan kesuksesanmu.


Jam terus berdetak. Gunakan waktumu sebaik-baiknya.

Agar tahu pentingnya waktu SETAHUN, tanyakan pada murid yang gagal kelas.

Agar tahu pentingnya waktu SEBULAN, tanyakan pada ibu yang melahirkan prematur.

Agar tahu pentingnya waktu SEMINGGU, tanyakan pada editor majalah mingguan.

Agar tahu pentingnya waktu SEJAM, tanyakan pada kekasih yang menunggu untuk bertemu.

Agar tahu pentingnya waktu SEMENIT, tanyakan pada orang yang ketinggalan kereta.

Agar tahu pentingnya waktu SEDETIK, tanyakan pada orang yang baru saja terhindar dari kecelakaan.

Agar tahu pentingnya waktu SEMILI DETIK, tanyakan pada peraih medali perak Olimpiade.

Hargailah setiap waktu yang kamu miliki. Waktu itu seperti pedang. Jika kamu tidak bisa memanfaatkannya, maka iaakan membunuh kita. Dan lebih berharga lagi bila kamu menggunakannya untuk tujuan kebahagiaan mencapai sukses dunia dan akhirat

Dan ingatlah, waktu itu tidaklah menunggu siapa-siapa..
dilanjut bacanya >>
on Senin, 05 September 2011
Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof Gumilar Rusliwa Somantri mengatakan akan mengalihkan penerimaan mahasiswa program diploma tiga (D3) dari setiap fakultas di UI, ke Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), yang berlaku mulai tahun ajaran 2008-2009.
“Mulai tahun ini setiap fakultas tidak akan menerima program diploma,” kata Gumilar, usai melantik dua dekan dan tujuh wakil dekan, di Rektorat UI, Depok, Kamis. Menurut dia, PNJ sendiri akan berubah menjadi UI College. Mahasiswa yang berminat mendaftar program D3 akan tercatat sebagai mahasiswa S1 non reguler dengan biaya regular.
Pengalihan penerimaan program diploma tersebut, kata dia, untuk meningkatkan kualitas UI dan menghilangkan persaingan antar fakultas yang selama ini terjadi.
“Saya ingin perkembangan UI bisa merata pada setiap fakultas dan tidak berjalan sendiri-sendiri,” kata Gumilar. Rektor berharap UI menjadi kampus internasional dimana otonomi tiap fakultas akan dialihkan ke rektorat.
Saat ini mahasiswa UI berjumlah 70.000, terdiri dari 20 ribu mahasiswa S1, 20.000 mahasiswa S2 dan 10.000 mahasiswa S3, serta PNJ sebanyak 20.000 mahasiswa. Gumilar mengatakan, sentralisasi ini sebenarnya sudah lama dibahas dan menjadi perbincangan alot. Setelah enam tahun stagnan akhirnya kini tercapai juga kesepakatan tersebut.
Menanggapi pengalihan mahasiswa program diploma dari fakultas di UI, Direktur Utama PNJ Prof. Dr. Ir Jhony Wahyuadi mengatakan pihak senat PNJ sudah sepakat bergabung dengan UI. Pada 21 April PNJ dan UI sudah sepakat mengenai hal tersebut.
“Ini semua dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku,” kata. Sementara itu Dekan FISIP-UI, Bambang Shergi Laksmono, mengatakan pengalihan penerimaan program D3 akan berdampak pada masalah keuangan.
“Keuangan memang berpengaruh, tapi itu bisa diatasi,” katanya. Ia juga mengatakan sentralisasi berdampak terhadap fakultas yang dipimpinnya, namun mengenai keuangan bisa dibiayai bersama pihak rektorat. Ia mengakui sebelum sentralisasi, dana yang didapat fakultas masuk ke fakultas. Tapi setelah sentralisasi dana tersebut dipusatkan ke rektorat.
dilanjut bacanya >>